Senarai pelepasan cukai untuk individu (Form B & Form BE)


SENARAI PELEPASAN CUKAI UNTUK INDIVIDU (FORM B & FORM BE)

Assalamualaikum dan Salam Sejahtera.

Anda dah siapkan draft calculations untuk personal tax?
Kalau sudah bagus la. Kalau belum cepat-cepat buat ya. Kalau lambat nanti kena penalti.

Untuk siapa-siapa yang nak buat personal tax tapi tak tahu. Jangan risau. Kami boleh bantu anda.

Kat bawah ni admin akan attachkan senarai pelepasan cukai untuk individu ya. Boleh semak yang mana perlu boleh claim. 😊

[ File : Pelepasan Cukai Individu Pemastautin 2017.docx ]

Semoga bermanfaat.

#urusakauncukaiperniagaan
#celikakaun #planforaccount
#celikcukai #planfortax


Mayat Tidak Dipukul Sebab Biasa Baca Surah Yasin Masa Hidup Dulu




Amalan Baca Surat Yasin

Al Habib ‘Alwy -semoga Allah meridloinya- berkata : ” Disebutkan dalam kitab Roudlur Royaahiin bahwa sebagian ulama’ yg ‘arif menguburkan mayyit. Setelah selesai penguburan, beliau mendengar suara pukulan yg sangat keras di dalam kuburan, dan dari dalam kuburan keluar seekor anjing. Ulama’ ‘Arif tsb bertanya2 di dalam hatinya : “ada apakah ini?” 

Kemudian Allah membuat anjing tsb bisa berbicara : ” saya ini adalah amalan buruknya si mayyit, adapun suara pukulan yg engkau dengar tadi itu tidaklah mengenai si mayyit karena pukulan itu terhalangi oleh kebiasaannya membaca surat yasin -ketika masih hidup- ” 

Al Habib ‘Alwy melanjutkan : ” Oleh karena itulah para ulama salaf – semoga Allah meridloi mereka- dulu memperbanyak membaca surat yasin dan mengkhatamkannya pada majelis2 mereka” Wallohu a’lam. ~Tuhfatl Ahbab~

Berkata Al habib Al imam Abdulloh bin Alwy Al Haddad r.a : wajib bagimu untuk membaca surat Yasin ketika pagi dan sore dan setiap kali ada suatu hal yg penting, begitu juga ketika engkau menginginkan sesuatu yg kau capai dan sesuatu kejelekan yg engkau takutkan. Karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an kedudukannya seperti raja d antara rakyatnya. Tidaklah seseorang membacanya dgn benar untuk mendapatkan kebaikan atau mencegah keburukan kecuali pasti akan mendapatkannya atas apa yg dia niatkan.

Hendaklah engkau membaca surat

لإيلاف قريش

Karena d dlmnya terdapat rahasia yg sangat besar untuk menolak segala ketakutan dan kefakiran.

Lanjutan kajian kitab Al Washoya an nafi’ah karya Al habib Al imam Abdulloh bin Alwy Al Haddad r.a (hal 56)

Berkat Selawat - 70,000 Ahli Kubur Di Ampuni Dosanya


Di kisahkan bahawasannya ada seorang wanita datang kepada Imam Hasan Al Basri, lalu dia berkata kepada beliau,”puteriku telah wafat dan aku ingin melihatnya di dalam tidur (bermimpi), maka Imam Hasan berkata kepada wanita itu: 

"Solatlah 4 raka’at setelah isya, dan bacalah Alhakumu (at-Takatsur) satu kali, kemudian berbaringlah dan bersolawatlah kepada Nabi saw sampai engkau tertidur.

Maka perempuan itu melakukannya, lalu dia melihat putrinya dalam mimpi dalam keadaan disiksa dengan terantai dan terbelenggu. lalu perempuan itu datang kepada imam Hasan dan mengabarkan pada beliau tentang mimpinya tersebut.

Maka Imam Hasan bersedih, dan beliau berkata kepada wanita itu: "bersedekahlah untuk putri anda"

Lalu wanita itu melakukannya, kemudian Imam Hasan pada malam harinya bermimpi seakan-akan beliau berada di satu taman dari taman-taman syurga, dan di sana terdapat singgasana yang di atasnya ada seorang anak perempuan yang cantik, dan di atas kepalanya terdapat mahkota dari cahaya.

Lalu anak perempuan itu berkata: "apakah anda mengenaliku"? imam Hasan menjawab: "tidak" 

Lalu anak perempuan itu berkata: "aku adalah anak perempuan wanita itu" lalu imam Hasan berkata: "bukan begini yang diceritakan oleh ibumu mengenai keadaan dirimu.

Lalu anak perempuan itu berkata: "keadaanku memang seperti itu (yang diceritakan ibuku) lalu imam Hasan bertanya:" kemudian dengan sebab apa engkau bisa sampai begini?

Anak perempuan itu berkata: "tadinya kami ada 70 ribu jiwa didalam siksaan itu, kemudian lewatlah salah satu orang soleh di atas kuburan kami, dan beliau bersolawat atas Nabi saw. satu kali, dan menjadikan pahala bersolawat itu untuk kami. maka Allah membebaskan kami dari siksaan tersebut, dan sampailah bagianku pada kedudukan seperti yang anda lihat. (ats~tsiimarul yani’a-syekh Nawawi al Bantani)
Tidak akan rugi orang yg selalu bersholawat kepada Nabi.

Keutamaan Rasulullah Saw




Al-Imam Jakfar Shadiq RA berkata :

“Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw.”

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.
2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.
3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.
4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya… tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.
5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.
6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.
7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.
8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.
9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.
10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.
11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.
12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.
13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.
14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.
15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.
16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.
17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.
18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.
19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.
20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.
21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.
22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.
23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.
24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.
25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?”
26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.
27. Menerima undangan para abdi dan budak.
28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.
29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.
30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.
31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.
32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, “Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir.”
33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.
34. Tidak pernah merendahkan seseorang.
35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.
36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.
37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.
38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.
39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.
40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.
41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.
42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.
43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.
44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.
45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.
46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.
47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.
48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.
49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.
50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.
51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.
52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, “Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!”
53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.
54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.
55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.
57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.
58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.
59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.
60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.
62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.
63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.
64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.
65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.
66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.
67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.
68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.
69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.
70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.
71. Duduk dan makan di atas tanah.
72. Tidur di atas tanah.
73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.
74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.
75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.
76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abanya sendiri.
77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.
78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumny pasti diberikan kepada fakir miskin.
79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.
80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.
81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.
82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.
83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.
84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.
85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.
87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.
88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.
89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.
90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.
91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.
92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.
93. Tidak pernah makan dua model makanan.
94. Ketika makan tidak pernah sendawa.
95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.
96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.
97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.
98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.
99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.
100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian : satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.


4 Penyakit Akibat Minum Berdiri


4 Penyakit yang dapat terjadi akibat minum sambil berdiri.

1. Memicu Arthritis

Penyakit Arthritis disebabkan karena terganggunya keseimbangan cairan dalam tubuh yang tersalurkan sampai bagian sendi, hal ini memicu peradangan pada sendi. Selain terjadi peradangan, arthritis menyebabkan kaku sehingga dapat terjadi pembengkakan di bagian sendi. Penyakit pada sendi seperti arthritis dapat menyulitkan penderitanya untuk bergerak secara bebas.

2. Naiknya Asam Lambung

Jika kita sering minum pada posisi berdiri, bagian tubuh yang paling terkena dampaknya adalah bagian lambung. (Gastroesophageal Reflux Disease) GERD atau bisa disebut naiknya asam lambung terjadi karena tekanan air yang diminum saat berdiri mengejutkan bagian saluran (sphincter) yang menuju ke lambung.

Hal ini mengakibatkan tercampurnya asam dalam lambung naik ke arah sebaliknya sehingga memberikan sensasi panas pada bagian perut.

Selain itu minum berdiri juga mengakibatkan terkikisnya dinding lambung. Padahal, lambung merupakan bagian penting dalam pencernaan sehingga ketika terjadi kerusakan pada bagian lambung dapat berbahaya bagi sistem pencernaan lainnya.

3. Merusak Ginjal

Minum berdiri juga dapat berbahaya bagi ginjal karena penyaringan yang tidak sempurna dapat merosak fungsi ginjal dalam bekerja. Hal ini akan mengarah pada gangguan saluran kandung kemih.

4. Saraf Tegang

Hal buruk lainnya yang dapat terjadi ketika anda minum berdiri adalah tegangnya urat saraf. Saat kita berdiri, sistem urat saraf simpatis aktif untuk menahan semua otot dan menjaga kesimbangan. Namun jika Anda minum saat duduk dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatik yang menenangkan pikiran dan meringankan proses pencernaan.

Minum air memang bagus untuk kesehatan namun harus didampingi dengan kebiasaan cara minum yang baik untuk menghindari berbagai penyakit yang tidak diinginkan.

Insya Allah bermanfaat.

Jangan mudah tertipu

Assalamualaikum

Hari ini nak berceloteh tentang pengalaman menjadi agen dropship kepada beberapa jenama. Ada dua perkara menarik yang berlaku hari ini yang boleh aku kaitkan dengan kisah hangat yang berlaku dalam negara ~ demam pilihanraya. Oh ye sebelum itu, aku nak maklumkan apa yang aku nyatakan di sini hanyalah pandangan peribadi sahaja. Kamu yang membaca boleh sahaja setuju atau tidak bersetuju dengan apa yang aku tuliskan. Okay!

***********************************************************************************************************
Perkara 1
Isu kelewatan penghantaran baju daripada pengedar pertama. 
Isu ini bukannya baru berlaku sekali, malah semenjak aku menjadi agen (2-3 tahun lalu) ianya telah berulang berkali-kali. Bukan tidak pernah disuarakan, tapi selalunya tidak mendapat sebarang respon yang baik atau sebarang perubahan. Aku melihat perkembangan yang berlaku hari ini di dalam group whatsapp, sebenarnya banyak mengulang sejarah lalu yang tidak diambil iktibar atau diperbaiki. Bila ada agen yang bersuara tentang isu kelewatan baju, seolah-olah agen tersebut sangat bersalah. Terus dihentam oleh agen-agen yang lain yang memang penyokong tegar jenama tersebut. Maka keluarlah nas dan hadis, keluarlah screenshot kata-kata dari ulama @ orang tersohor. Ah, mudahnya mereka menghukum. Sedangkan perkara pokok yang ditanya terbiar begitu sahaja, malah orang yang menghukum bukanlah orang yang mempunyai pengalaman yang sama. Maksudnya di sini, orang yang bertanya dan mempersoalkan ialah agen yang membuat jualan bulanan sekitar RM3000-RM4000 dan menjadi Top Agen untuk beberapa bulan. Tapi orang yang menghukum tidak termasuk dalam carta Top 10 pun. Maksud aku di sini ialah apa yang ditanya oleh agen berkenaan isu kelewatan ialah berdasarkan apa yang dilaluinya, sedangkan apa yang dijawab oleh agen lain (penyokong tegar) ialah orang yang tidak melalui pengalaman yang sama yang hanya bercakap berdasarkan teori semata-mata. Teori dan amali adalah dua pengalaman yang sangat jauh bezanya dan tidak boleh disamakan sama sekali. Menegur bukan bermakna kita tidak menyokong, menegur bukan bermakna kita tidak bersangka baik, tapi menegur ialah untuk kebaikan bersama agar apa yang salah diperbetulkan. Bukan hanya diterima dan disokong membabi buta. Tapi aku lihat apa yang berlaku, bila ada yang menegur, maka akan adalah juga penyokong tegar yang menghentam seolah-olah teguran itu semuanya salah. Menghentam seolah-olah pengedar terlalu suci dan tidak melakukan sebarang kesalahan. Cubalah berpijak di bumi yang nyata, semua manusia tidak lari dari melakukan kesalahan. Manusia bukan maksum, yang boleh terlalu diagung-agungkan sehingga langsung tidak boleh ditegur.

Perkara 2
Isu janji-janji manis untuk tawaran menjadi agen daripada pengedar kedua
Aku menjumpai iklannya di facebook. Ah, sekadar mencuba dan sebenarnya ingin mengetahui apakah telah ada perubahan dari sebelum ini atau bagaimana. Aku menjadi agen untuk pengedar ini sejak 2-3 tahun yang lalu juga, cuma aku sudah tidak aktif bersama mereka. Kenapa? Kerana aku serik terpedaya dengan janji-janji manis yang diberikan sewaktu mencari agen. Bukannya aku tidak memaafkan apa yang pernah berlaku, cuma aku ingin lebih berhati-hati agar pisang tidak berbuah dua kali. Harus diingat, dalam permainan dunia bisnes ini siapa player besar dan siapa player kecil. Aku sebagai agen pastilah dalam kategori player kecil tapi tanpa player kecil, player besar juga tidak ke mana. Aku lihat permainan ini telah dicemari oleh player-player besar yang hanya ingin mengambil kesempatan dan mengaburi mata player kecil. Ah, aku kasihan kepada orang-orang baru sekiranya mereka turut terpedaya. Dengan pengedar ini, aku pernah juga terpedaya dengan janji manis sewaktu sebelum menjadi agen suatu waktu dahulu. Dijanjikan untuk mendapat hadiah percutian untuk jualan tertinggi musim raya, asalnya itulah yang aku kejar. Dan aku sememangnya menjadi Top Agen untuk jualan tertinggi waktu itu. Tapi ianya bukanlah datang dengan mudah, aku membayar harganya dengan kepercayaan yang dicalari. Waktu itu tempahan pre order dan aku berjaya mencapai jualan RM17,000 - RM18,000  sebulan untuk musim perayaan. Pada aku, itulah sejarah besar dalam bisnes sebagai agen. Namun, cabaran yang terpaksa aku hadapi juga besar bila baju-baju yang dijanjikan untuk tempahan pre order itu tidak siap sepertimana yang dijanjikan. Hampir 80% wang perlu dikembalikan kepada pelanggan. Memang waktu itu, aku amat tertekan dan hampir tidak percaya dengan apa yang berlaku. Namun, aku berkeras dan memaksa pihak mereka memulangkan kesemuanya tanpa mengambil komisyen jualan yang aku patut terima. Dan perkara itu selesai setelah 3-4 bulan raya berakhir. Tahun ini mereka mengambil semula agen dengan janji-janji manis seperti sebelum ini. Janji-janji yang hampir sama. Bila aku cuba respon untuk menjadi agen, caranya juga hampir sama. Difollow up setiap hari selagi tidak mengikut prosedur untuk menjadi agen raya. Ah! Sedangkan kesemua langkah tersebut telah aku buat sebelum ini. Maknanya apa? Adakah rekod agen langsung tidak disimpan? Dan adakah mereka hanya ingin mengambil agen baru untuk memulakan semula permainan seperti sebelum ini?

*****************************************************************************
Pengajaran untuk diri sendiri :
Apa yang berlaku itu adalah pengalaman yang dikutip dalam dunia permainan ini. Ianya perlu dilihat dan dinilai dengan hati suci dan fikiran murni. Perlu berusaha juga untuk menjaga diri agak tidak tertipu dua kali dan kalah dalam permainan yang sama. Perlu juga mengambil iktibar agar suatu waktu nanti saat kita menjadi player besar, kita tidak melakukan perkara yang sama kepada player-player kecil yang ada. Sama-sama berkongsi rezeki, bukan menindas untuk kepentingan sendiri. 

Analoginya :
Pengedar 1 = sikap @ salah yang langsung tidak boleh ditegur, merasakan diri terlalu suci dan maksum dari segala macam dosa dan kesalahan
Pengedar 2 = janji-janji manis sebelum mendapat agen, dan kemudiannya setelah agen berjaya mencapai tahap yang ditetapkan, janji hanya tinggal janji

Lebih baik besederhana, tapi pelaksanaan adalah selari dengan apa yang dikata. Imej yang dibawa bukan sekadar di atas helaian kertas, tapi perlu dibuktikan dengan sebetulnya. 

Sekian coretan hari ini.
waritahati.blogspot.com
17 April 2018, 12.24pm

Zakat perniagaan


ZAKAT PERNIAGAAN

Ramai yang masih tidak tahu cara untuk mengira zakat perniagaan. Rata-rata merasakan zakat dikira dari keuntungan syarikat. Jadi sepatutnya dikira dari akaun untung & rugi (profit & loss accounts) syarikat.

Hakikatnya, zakat mesti dikira dari aset & liabiliti syarikat.

Cara pengiraan zakat perniagaan adalah seperti berikut:-

Kira jumlah aset/harta semasa syarikat:-
Kemudian tolakkan dengan
Jumlah liabiliti/tanggungan semasa

Jadi akan dapat nilai aset semasa bersih, jika sampai nisab zakat, pada tahun 2017 = RM12,680, zakat akan dikenakan sebanyak 2.5% dari jumlah aset/harta semasa bersih.

Contoh:-

ASET/HARTA SEMASA.                                                      RM

▪️ Jumlah tunai di tangan dan di bank (Simpanan biasa, current account, deposit tetap & deposit berstruktur)      xxxx

▪️ Penghutang/Hutang belum terima dari pelanggan.        xxxx

▪️ Stok barang Jualan                                                       xxxx

☆ Jumlah Aset Semasa (A)                                              XXXX

TOLAK:-

LIABILITI/TANGGUNGAN SEMASA

▪️ Pemiutang/Hutang belum bayar kepada pembekal.      (xxxxx)

▪️ Tunggakan operasi / akrual (contoh sewa kedai, gaji pekerja, utiliti dan sebagainya yang belum dibayar)                                                              (xxxx)

▪️ Cukai perniagaan semasa belum dibayar.                      (xxxx)

☆ Jumlah Liabiliti Semasa (B)                                        (XXXX)

JUMLAH ASET SEMASA BERSIH (C = A - B)                         XXXX

♢ Zakat Perniagaan adalah 2.5% x C


Semoga bermanfaat.

#urusakauncukaiperniagaan
#celikakaun #planforaccount
#celikcukai #planfortax

Form BE (Penggajian)


FORM BE (PENGGAJIAN)

Assalamualaikum dan Salam Sejahtera.

Anda dah dapat EA form dari majikan? Dan dah buat e-filing untuk form BE ke?

Kalau belum lebih baik anda prepare awal2 sebab kalau anda dapat refund tax, selalunya anda akan dapat refund awal dalam sebulan selepas anda submit form BE.

Form BE ni anda akan nyatakan nilai tahunan gaji yang anda dapat dari majikan anda. Anda boleh rujuk EA form untuk submit form BE ni.

Tarikh akhir untuk submit Form BE adalah 30 April ni.

Semoga bermanfaat.

#urusakauncukaiperniagaan
#celikakaun #planforaccount
#celikcukai #planfortax

Pesan Nasihat Mutiara Kata


Kalau ingin menangkap ayam, jangan dikejar nanti kita akan lelah dan ayampun makin menjauh. Berikanlah ia beras dan makanan, nanti dg mudah ia datang dengan rela.

Begitulah Rezeki, melangkahlah dengan baik, jangan terlalu kencang mengejar, ngotot memburu. nanti kita akan lelah tanpa hasil. Keluarkan lah sedekah, nanti Rezeki akan datang menghampiri tepat waktu.

Kalau ingin memelihara kupu-kupu, Jangan tangkap kupu-kupunya, pasti ia akan terbang.

Tetapi tanamlah bunga​. Maka kupu-kupu akan datang sendiri dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah.

Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang, tetapi kawanan yang lain juga datang : lebah, capung. dan lainnya, juga akan datang menambah warna warni keindahan.​

Sama halnya dalam kehidupan di dunia ini. ​

Ketika kita menginginkan​ Kebahagiaan dan Keberuntungan,

Tanamkan kebaikan demi kebaikan, kejujuran demi kejujuran,

Maka kebahagiaan dan keberuntungan akan datang kerana dianugerahkan oleh Allah SWT.
Oleh kerana itu, selagi kita masih diberi hidup,​ mari kita membangun taman-taman bunga kita, bunga kebajikan dan bunga kejujuran.

Form E


FORM E

Assalamualaikum dan Salam Sejahtera.

Anda sudah submit form E? Form E ni form majikan yang mana dalam form E ni ada details mengenai senarai pekerja, gaji pekerja, elaun, bonus, epf, socso etc. Nilai semua adalah untuk setahun.

Jangan lambat submit form E ya. Kalau lambat min penalty dari LHDN adalah RM200.

Semoga tak terlewat ya.
Semoga bermanfaat.

#urusakauncukaiperniagaan
#celikakaun #planforaccount
#celikcukai #planfortax

Amalan Seorang Muslim Sepanjang Tahun




Amalan Sepanjang Tahun

(a) Sembahyang Fardhu Berjemaah


(b) Mendirikan sembahyang-sembahyang sunat yang tertentu khususnya sunat Tahajjud dan Witir di waktu malam; Dhuha, Awwabin, Tasbih, Rawatib dan lain-lain termasuk sunat wudhu'.


(c) Membaca al-Quran dan Tafsirnya.


(d) Menghadiri Majlis Ilmu spt ceramah, kelas ugama, majlis zikir dll


(e) Puasa sunat pada hari khamis dan Isnin atau pada 13hb., 14hb., dan 15hb., (dipanggil hari-hari bulan cerah) pada 28hb, 29hb dan 30hb


(dipanggil hari-hari bulan gelap). Haram puasa pada Hari Raya Aidilfitri dan Aidiladha iaitu 1 Syawal dan 10 Zulhijjah, hari-hari tasyrik 11, 12 dan 13 Zulhijjah serta 30 Syaaban.


(f) Membaca segala selawat, zikir, wirid dan doa harian.


(g) Bersedekah, berderma dan sebagainya.


(h) Mengerjakan umrah jika mampu, khususnya pada bulan Ramadhan.


(i) Memelihara mulut, mata, telinga dan anggota-anggota lain dari perbuatan maksiat dan yang keji.


(j) Mengingati MATI dan menziarahi saudara/sahabat yang sakit dan yang mati, sembahyang maiyit dan menghantarnya ke kubur.


(k) Menziarahi sahabat handai, saudara mara lebih-lebih lagi orang-orang alim, para ulama' dan tuan-tuan guru.


(l) Amar Maaruf dan Nahi Mungkar

Amalan Ampuh Untuk Sentiasa Kelihatan Muda


Suplement Sumber Alam

  • Sentiasa Dalam Wudhuk


Amalan Quran

  • Malam-malam sebelum tidur, baca surah Al Mulk
  • Setiap hari baca surah Al Waqiah
  • Khamis petang selepas Asar, baca surah Al Kahfi
  • Malam Jumaat, baca surah Ad Dukhan


Amalan Selawat - Ibadah Pasti Di Terima


 

Seorang murid pernah bertanya kepada Syaikh Ali Jum’ah, Mufti Mesir: “Syaikh, dalam buku Anda tertulis bahwa membaca shalawat adalah satu-satunya ibadah yang pasti diterima oleh Allah. Apakah benar demikian? Mohon penjelasannya.”

Syaikh Ali Jum’ah menjawab:

“Ya benar, saya menulis demikian. Bershalawat Nabi adalah amalan yang pasti diterima oleh Allah. Jika kamu bersedekah, dan kamu ingin dipuji, maka sedekahmu sia-sia. Begitu pula jika kamu shalat karena ingin diperhatikan manusia, shalatmu tanpa pahala. Tapi jika kamu bershalawat, walaupun kamu riya, kamu tetap akan mendapatkan pahala, karena shalawat berhubungan dengan Nabi Allah yang agung, yaitu Nabi Muhammad Saw.” 

Shalawat, Satu-satunya Ibadah yang Pasti Diterima 

Dalam kitab al-Fawaid al-Mukhtarah, Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’roni meriwayatkan bahwa Abul Mawahib Imam asy-Syadzili berkata:

“Aku pernah bermimpi bertemu Baginda Nabi Muhammad SAW. Aku bertanya, “Ada hadits yang menjelaskan sepuluh rahmat Allah diberikan bagi orang yang berkenan membaca shalawat, apakah dengan syarat saat membaca harus dengan hati hadir dan memahami artinya?”

Nabi SAW. menjawab, “Bukan, bahkan itu diberikan bagi siapa saja yang membaca shalawat meski tidak faham arti shalawat yang ia baca.”

Allah Swt. memerintahkan para malaikatNya untuk senantiasa memohonkan doa kebaikan dan ampunan bagi orang tersebut (yang membaca shalawat).

Terlebih jika ia membaca dengan hati yang hadir, pasti pahalanya sangat besar, hanya Allah yang mengetahuinya.

Bahkan, ada sebuah keterangan apabila kita berdoa tidak dimulai dengan memuja Allah Swt., tanpa membaca shalawat, kita disebut sebagai orang yang terburu-buru.

Baginda Nabi SAW mendengar ada seseorang yang sedang berdoa tapi tidak dibuka dengan memuja Allah SWT dan tanpa membaca shalawat, Nabi SAW bersabda, “Orang ini terburu-buru.”

Kemudian Nabi SAW mengundang orang itu, lalu ia atau orang lainnya dinasehati, “Jika diantara kalian berdoa, maka harus diberi pujian kepada Allah Swt., membaca shalawat, lalu berdoalah sesuai dengan apa yang dikehendaki.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Apalagi jika bertepatan dengan hari Jum’at, maka perbanyaklah membaca shalawat di dalamnya. Karena Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits:

“Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu, karena shalawat kalian dihaturkan kepadaku.” 

Ulama sepakat bahwa shalawat pasti diterima, karena dalam rangka memuliakan Rasulullah SAW Ada penyair yang berkata:

“Senantiasalah membaca shalawat, sebab shalawat pasti diterima. Adapun amal yang lain mungkin saja diterima atau ditolak, kecuali shalawat pasti diterima.”

Shalawat Penghantar Ma’rifat

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya para ulama telah sepakat atas diwajibkannya membaca shalawat dan salam untuk Baginda Nabi Muhammad SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai kapan kewajiban ini harus dilakukan.

Menurut Imam Malik, cukup satu kali dalam seumur hidup. Menurut Imam Syafi’i, wajib dibaca pada waktu tasyahud akhir dalam setiap shalat fardhu. Menurut ulama lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majelis.

Ada juga ulama yang berpendapat wajib membaca shalawat setiap kali mendengar nama Nabi SAW disebut. Dan ada juga yang mengatakan untuk memperbanyak shalawat tanpa dibatasi bilangan tertentu.

Secara umum, membaca shalawat kepada Nabi Saw. merupakan hal yang sangat agung dan keutamaannya sangat banyak.” “Membaca shalawat merupakan bentuk ibadah yang paling utama dan paling besar pahalanya.

Sampai-sampai sebagian kaum ‘arifin mengatakan: “Sesungguhnya shalawat itu bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat billah meskipun tanpa guru spiritual (mursyid). Karena guru dan sanadnya langsung melalui Nabi SAW.” Ingat, setiap shalawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada Nabi SAW. dan beliau Nabi SAW membalasnya dengan doa serupa.

Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir (selain shalawat) yang harus melalui guru spiritual (mursyid), yang sudah mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian maka akan dimasuki setan dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun.” (Hasiyah ash-Shawi ‘ala al-Jalalain juz 3 hlm. 287).

Abdurrahman bin Samrah meriwayatkan sebuah hadits yang dituturkan oleh Sa’id bin al-Musayyab, bahwa Nabi SAW bersabda, “Kulihat seorang dari umatku berjalan di atas shirath, kadang merangkak-rangkak dan kadang bergelantung.

Kemudian datanglah shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) lalu membangunkannya hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, lalu ia diselamatkan oleh shalawatnya.” (HR. Abu Musa al-Madini dalam at-Targhib wa at-Tarhib, hadits hasan jiddan). Wasiat-Nasehat Para Ulama tentang Shalawat Imam Abul Hasan asy-Syadzilli pernah berkata, “Di akhir zaman tidak ada amalan yang lebih baik daripada bershalawat kepada Rasulullah SAW.”

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan, “Tidak tertolak shalawat atas Nabi SAW.” Al-Hafidz asy-Syaraji berkata, “Semua dzikir tidak diterima kecuali dengan khusyuk dan hadir hatinya kecuali shalawat, maka akan diterima meskipun tanpa khusyuk dan hadirnya hati.

Karena itu Abul Hasan al-Bakri berpesan: “Seharusnya tiap hari seseorang jangan kurang membaca shalawat dari 500 kali.”

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berwasiat, “Dengan membaca shalawat, seorang hamba dapat meraih keridhaan Allah Swt., memperoleh kebahagiaan dan restu Allah Swt., berkah-berkah yang dapat dipetik, doa-doa yang terkabulkan, bahkan dia bisa naik ke tingkatan derajat yang lebih tinggi, serta mampu mengobati penyakit hati dan diampuni dosa-dosa besarnya.”

Adapun Syaikh Ibn Athaillah as-Sakandari berkata, “Siapa yang (merasa) tidak memiliki amalan shalat dan puasa yang banyak untuk menghadap Allah di hari kiamat, maka hendaknya ia perbanyak membaca shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW.” Al-Quthb al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad menyebutkan bahwasanya para ulama berkata, “Satu shalawat dari Allah cukup untuk seorang hamba, dunia dan akhirat.”

As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki pernah berpesan, “Jangan tinggalkan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Karena bacaan shalawat itu merupakan kunci segala kebaikan dan pintu segala keutamaan untuk agama, dunia dan akhirat.”

Al-Habib Umar bin Hafidz mengatakan, “Sesungguhnya apabila engkau melakukan ketaatan kepada Allah seumur hidupmu, bahkan Allah berikan di atas umurmu adalah umurnya seluruh manusia untuk digunakan dalam ketaatan kepadaNya, maka sesungguhnya lebih hebat satu shalawat dari Allah Swt."

Muhasabah Diri dan Teruskan Berselawat





























Wajib Amalkan Ajaran Tasauf



Seluruh ulama-ulama Ahlus-sunnah berpendirian adalah wajib bagi setiap muslim mengamalkan tasawwuf. 
 
Tasawwuf adalah ilmu yang membicarakan tentang ahwal hati, segala penyakit-penyakit hati, sifat-sifat yang tercela dan sifat-sifat terpuji, sekalian syirik khafi serta menunjukkan jalan membaiki hati tersebut melalui zikrullah dan mujahadah. 
 
Seluruh Ilmu ini adalah bersumberkan Al-Qur'an dan Hadis Nabi صلى الله عليه وسلم Ilmu tasawwuf yang wajib diamalkan ada diterangkan di dalam kitab-kitab ulama Ahlus-sunnah seperti Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin, I'anatut-Talibin, Sirrus-Salikin dan Hidayatus-Salikin. 
 
Berkata Imam Ghazali رضي الله عه : 
 
"Bermula ilmu tentang qalbu dan mengenal penyakitnya berupa iri hati, riya' dan semisalnya adalah fardhu 'ain." 
 
Seseorang muslim tidak akan dapat menjadikan dirinya sebagai hamba Allah dengan hanya mengamalkan ilmu fiqh semata-mata. Malah wajib baginya menghimpunkan kedua-duanya; iaitu ilmu fiqh dan ilmu tasawwuf untuk kesejahteraan zahir dan batin. 
 
Seperti kata Imam Malik رضي الله عه: 
 
"Sesiapa yang mengamalkan Fiqh tanpa tasawwuf, maka dia fasiq. Sesiapa mengamalkan tasawwuf tanpa fiqh, maka dia zindiq. Mengimpun keduanya itulah yang haq."

Kedudukan Serban Mengikut Penilaian Ulamak Islam




Kebanyakan orang yang berserban apabila ditanya “Kenapa anda memakai serban?”, mereka akan menjawab; “Kerana saya ingin mengikuti Nabi s.a.w. dalam berpakaian (khususnya dalam hal menutup bahagian kepala)”. Serban adalah antara pakaian Nabi s.a.w.. Sama ada kita berpandangan pemakaian serban itu sunat atau tidak, mendapat pahala atau tidak mendapat pahala, kita tidak boleh menafikan bahawa Nabi s.a.w. sememangnya memakai serban dalam hidupnya. Oleh perbahasan tentang pemakaian serban ini kita akan mulakan dengan membahaskan tentang pengertian as-Sunnah dan ruang lingkupnya terlebih dahulu.



Pengertian as-Sunnah

Apa yang terbit dari Nabi s.a.w. dinamakan as-Sunnah. Secara amnya para ulamak mentakrifkan as-Sunnah sebagai; “Segala yang terbit dari Nabi s.a.w. -selain dari al-Quran- sama ada ucapan baginda, perbuatan baginda atau pengakuan baginda”. Berdasarkan takrifan ini, maka as-Sunnah dapat dibahagikan kepada tiga kategori iaitu;



1. Sunnah Qauliyah


Iaitu perkataan-perkataan yang diucapkan oleh Nabi s.a.w. dalam pelbagai sempena dan tujuan. Kebiasaannya dipanggil dengan al-Hadith (الحديث) di mana apabila disebut sahaja al-Hadith maka difahami bahawa yang dimaksudkan ialah Sunnah Qauliyah (yakni ucapan-ucapan Nabi s.a.w.).



2. Sunnah Fi’liyah

Iaitu apa-apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh Nabi s.a.w.. Contoh Sunnah Fi’liyah ini juga banyak, antaranya; perlaksanaan solat dengan bentuk-bentuk dan rukun-rukunnya, perlaksanaan haji, pengadilan baginda dalam penghakiman dan sebagainya.



3. Sunnah Taqririyah

Iaitu senyap Nabi terhadap perbuatan atau percakapan yang berlaku di hadapan baginda iaitu baginda tidak mengingkarinya. Senyapnya baginda itu menunjukkan bahawa perbuatan atau percakapan itu adalah harus di sisi Syara’ kerana seorang nabi tidak akan sekali-kali membisu apabila berhadapan dengan kebatilan.



Perbuatan Nabi dan ruang-lingkupnya

Antara yang tergolong dalam as-Sunnah ialah perbuatan Nabi s.a.w.. Perbuatan-perbuatan Nabi s.a.w. ada yang berkait dengan urusan agama secara langsung (seperti urusan ibadat, ketetapan hakam, halal dan haram dan sebagainya), ada yang berkait dengan urusan duniawi (seperti politik, masyarakat, ketenteraan dan seumpamanya) dan ada yang berkait dengan amalan rutin atau kebiasaan sebagai manusia (antaranya makanan, pakain, kenderaan dan sebagainya). Secara lebih jelas, Syeikh Muhammad al-Hadhari dalam bukunya “أصول الفقه” menjelaskan; “Perbuatan-perbuatan Nabi s.a.w. terdiri dari tiga kategori;



a) Jibilli (جبلي); iaitu perbuatan yang bersifat tabi’ie atau kebiasaan sebagai manusia seperti makan, minum, tidur, berpakaian dan yang seumpamanya.

b) Qurb (قرب); iaitu perbuatan untuk taat atau mendekatkan diri kepada Allah seperti solat, puasa, sedekah dan yang semisal dengannya.

c) Mu’amalat (معاملات);
iaitu perbuatan yang berupa interaksi sesama manusia seperti jual-beli, perkahwinan, akad muzara’ah, mu’amalat harta dan semisalnya.



Dr. Yusuf al-Qaradhawi juga menjelaskan; “Di antara yang dapat diperhatikan ialah dari kalangan fi’liyah Nabi s.a.w. ada yang terbit dari jibiliyyah dan tabi’iyyah (yakni kebiasaan dan tabi’ie sebagai manusia) seperti riwayat soheh yang menceritakan; “Adalah Nabi menyukai labu (الدباء/القرع)”. Begitu juga, riwayat yang menceritakan; “Baginda menyukai daging di bahagian kaki (kambing atau sebagainya)”. Di antara sunnah Fi’liyyah ada juga yang terbit dari adat/kebiasaan seperti memakai serban dan melepaskan ekornya antara dua bahu. Di antara sunnah fi’liyyah itu juga ada yang terbit dari baginda dalam bentuk qurbah iaitu yang dilakukan dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah ketika melakukannya seperti perbuatan-perbuatan baginda dalam solat, ketika haji dan umrah, zikir-zikir dan doa dan yang lain lagi seumpamanya…”.



Pendirian ulamak usul tentang perbuatan jibilliyyah dan tabi’iyyah Nabi s.a.w..



Serban termasuk dalam jenis pakaian. Oleh demikian pemakaian serban oleh Nabi s.a.w. sudah tentunya termasuk dalam kategori perbuatan jibiliyyah atau perbuatan kebiasaan baginda sebagai seorang manusia. Menyentuh tentang perbuatan jibiliyyah ini, apa pandangan ulamak tentangnya khususnya ulamak usul? Di bawah tajuk ini kita akan kemukakan beberapa ulasan kitab-kitab Usul Fiqh berhubung persoalan tersebut. Jawapan bagi persolaan ini amat penting kerana ia akan menentukan sikap kita terhadap pemakaian serban serta amalan-amalan kebiasaan Nabi yang lain.



Dalam kitab Nuzhatul-Musytaq (Syarah al-Luma’), pengarangnya menegaskan; “Perbuatan-perbuatan Nabi s.a.w. sama ada ia berupa qurbah dan taat atau bukan berupa qurbah dan taat. Jika ia tidak berupa qurbah dan taat, akan tetapi menyerupai urusan jibiliyy (kebiasaan manusiawi) seperti urusan makan, minum, berdiri, duduk dan sebagainya dari apa yang nampak ketara padanya urusan jibiliyyah, maka ia berdiri di atas hukum ibahah (yakni harus) di sisi jumhur ulamak sama ada bagi diri baginda dan umatnya. Namun Qadhi Abu Bakar al-Baqilani menaqalkan dari sekumpulan ulamak bahawa ia adalah mandub (yakni sunat mengikutinya). Adalah Abdullah bin Umar r.a. sentiasa memberi perhatian kepada perbuatan-perbuatan Nabi seumpama itu dan mengikutinya sebagaimana yang diketahui dan dinaqalkan di dalam kitab-kitab as-Sunnah”.



Lebih terperinci, Imam as-Syaukani menjelaskan dalam kitab usulnya yang masyhur iaitu Irsyadil-Fuhul; “Perbuatan Nabi s.a.w. yang tidak berkait dengan ibadat dan nampak nyata padanya urusan jibiliyyah (yakni kebiasaan sebagai seorang manusia) seperti berdiri, duduk dan sebagainya, maka tidak ada padanya kewajipan mengikut atau mematuhinya, akan tetapi ia menunjukkan kepada keharusan berdasarkan pandangan jumhur/majoriti ulamak. Qadhi Abu Bakar al-Baqilani menaqalkan dari sekumpulan ulamak yang berpendapat bahawa ia adalah sunat (yakni digalakkan mengikutinya). (Pandangan yang sama) diceritakan oleh Imam al-Ghazali dalam al-Mankhul. Begitu juga, Abdullah bin Umar r.a. sentiasa memberi perhatian kepada perbuatan-perbuatan Nabi seumpama itu dan mengikutinya sebagaimana yang sedia diketahui dari beliau dan dinaqalkan di dalam kitab-kitab hadis..”. (*Sikap dan pendirian Ibnu Umar ini kita akan kemukakan di dalam satu tajuk yang khusus di depan nanti).



Beliau menjelaskan lagi; “(Di antara perbuatan Nabi s.a.w.), ada yang dapat diandaikan telah keluar dari semata-mata kebiasaan (jibilliy) kepada menjadi Syari’at dengan kerana berterusan baginda melakukannya dalam bentuk yang diketahui umum dan dalam keadaan yang khusus. Ia seperti perbuatan makan, minum, berpakain dan tidur. Maka perbuatan Nabi yang berada dalam kategori ini sekalipun tahapnya di bawah kategori perbuatan-perbuatan baginda yang nampak padanya urusan Qurbah (ibadah dan ketaatan), namun ia lebih atas dari perbuatan-perbuatan yang nampak padanya urusan jibilliy (kebiasaan manusiawi) semata-mata. Itu sekiranya perbuatan tersebut tanpa terdapat petunjuk atau dorongan dari Nabi (yakni baginda hanya melakukannya sahaja). Namun jika terdapat petunjuk atau dorongan dari baginda seperti baginda menunjukkan kepada suatu cara dari cara-cara makan, minum, berpakaian, tidur dan sebagainya, maka ia terkeluar dari semata-mata kategori ini (yakni kategori sebagai perbuatan jibilli) dan berpindah menjadi kategori amalan atau perbuatan yang disyari’atkan. Imam Syafi’ie mempunyai dua pandangan (yang dinaqalkan darinya) berkenaan perbuatan Nabi s.a.w. yang termasuk kategori ini; apakah ia merujuk kepada asal iaitu tidak disyari’atkan, atau merujuk kepada apa yang zahir, iaitu disyari’atkan. Pandangan yang rajih dari beliau ialah yang kedua iaitu disyari’atkan. Pandangan ini juga diceritakan oleh Imam Abu Ishaq dari majoriti ahli-ahli hadis. Oleh demikian, kedudukannya adalah sunat (mandub)”.



Dr. Abdul Karim Zaidan kitabnya al-Wajiz Fi Ushul al-Fiqh menjelaskan; “Perbuatan-perbuatan jibilliyah iaitu yang terbit dari Nabi s.a.w. kerana tabi’ie (kebiasaan semulajadi) dan atas sifatnya sebagai manusia seperti makan, minum, berjalan, duduk dan sebagainya; maka ia tidak tergolong dalam kategori Tasyrik kecuali atas perkiraan keharusannya ke atas sekelian mukallaf. Oleh demikian tidak wajib mengikuti Rasulullah s.a.w. dalam cara perlakuan baginda bagi perbuatan-perbuatan tersebut. Namun sebahagian sahabat ada yang menanamkan hasrat mengikuti Nabi s.a.w. dalam perbuatan-perbuatan tersebut. Contohnya Abdullah bin Umar r.a.. Ikutan tersebut adalah satu langkah yang baik (sekalipun tidak diwajibkan-pent.)”.



Kesimpulan;

Dari pandangan ilmu usul di atas, kita dapat simpulkan bahawa majoriti ulamak meletakkan amalan-amalan atau perbuatan-perbuatan Nabi s.a.w. yang berada dalam kategori jibilliy (yakni amalan atau perbuatan tabi’ie sebagai seorang manusia) adalah berstatus harus sama ada bagi diri baginda atau bagi umatnya. Oleh kerana ia berstatus harus sahaja, maka kaum muslimin tidak diwajibkan atau dituntut mengikuti baginda dalam urusan jibilliy tersebut. Namun jika mereka ingin mengikuti baginda –bukan atas dasar wajib atau tuntutan- tetapi atas dasar ingin meniru baginda atau sebagai tanda kasih kepada baginda, maka ia diharuskan. Malah menurut Dr. Abdul Karim Zaidan, ikutan tersebut adalah baik kerana mencontohi sikap sebahagian sahabat.



Adapun Imam as-Syaukani, dari penjelasan beliau kita dapat membahagikan amalan atau perbuatan jibilliy Nabi s.a.w. kepada tiga tahap;



a) Ada di antaranya yang bersifat harus semata-mata mengikut jumhur ulamak.


b) Ada di antaranya yang lebih tinggi dari bersifat harus semata-mata iaitu ia menghampiri urusan qurbah (ketaatan atau ibadah) kerana berterusan dilakukan oleh Nabi s.a.w..


c) Ada di antaranya yang telah berubah dari semata-mata kebiasaan Nabi kepada menjadi Syari’at iaitu apabila terdapat penegasan atau dorongan dari Nabi s.a.w..



Bagaimana dengan pemakaian serban? Adakah ia berada di tahap pertama, kedua atau ketiga? Bagi menjawab persoalan ini, kita perlu meninjau dengan lebih luas hadis-hadis yang menceritakan secara lansung amalan berserban oleh Nabi s.a.w..; Apakah ia merupakan amalan yang dilakukan tanpa perhatian oleh baginda? Apakah ia menjadi amalan baginda yang berterusan yang sentiasa dijaga? Dan adakah terdapat dorongan dari baginda terhadap pemakaian serban?



Hadis-hadis tentang serban


Serban atau dalam bahasa Arabnya dipanggil al-‘Imamah sekalipun tidak bernilai Syari’at pada asasnya kerana ia berstatus amalan jibilli, namun kitab-kitab hadis muktabar tidak ketinggalan menaqalkan tentang serban Nabi s.a.w.. Malah ada yang meletakkannya di dalam bab yang khusus. Ini dapat kita lihat dari senarai bab dalam kitab-kitab hadis berikut;


• سنن الترمذي( بَابُ مَا جَاءَ في العمامةِ السَّوداءِ)
• سُنَنُ أبي دَاوُد (باب في العمائم)
• سنن ابن ماجه (باب لُبس العمائم في الحرب، باب العمامة السوداء ،باب إرخاء العمامة بين الكتفين)
• سنن النسائي (لبس العمائم الحرقانية، لبس العمائم السود، لبس العمائم السود، باب إرخاء طرف العمامة بين الكتفين)
• معجم الطبراني الكبير (باب ما جاء في لبس العمائم والدعاء وغير ذلك)
• رياض الصالحين (باب صفة طول القميص والكم والإزار وطرف العمامة وتحريم إسبال شيء من ذلك على سبيل الخيلاء وكراهته من غير خيلاء).
• نيل الأوطار (باب ما جاء في لبس القميص والعمامة والسراويل)
• الشمائل المحمدية للإمام الترمذي (باب ما جاء في عمامة رسول الله).



Fakta tersebut menggambarkan bahawa serban Nabi mempunyai nilai tersendiri di mata para sahabat yang menjadi perawi pertama dari Nabi sehingga mereka memerhatinya pada baginda dan menceritakannya kepada generasi selepas mereka. Para ulamak dan muhaddithin juga bersikap serupa sehingga mereka meletakkan satu bab yang khusus dalam kitab hadis atau sunan mereka menyentuh tentang serban Nabi s.a.w.. Di antara hadis-hadis yang akan kita temui dalam rujukan-rujukan hadis muktabar tentang serban Nabi s.a.w. ialah;



a) Jabir bin Salim r.a. menceritakan;

إن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم دخل مكة وعليه عمامة سوداء


“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. memasuki Mekah dengan memakai serban berwarna hitam”. (Riwayat Imam Muslim, Abu Daud, at-Tirmizi, an-Nasai dan Ibnu Majah).



Berkata Ibnu Hajar; “Warna hitam di sini seakan-akan menunjukkan fungsi kepimpinan Rasulullah s.a.w. pada hari yang bersejarah ini dan boleh jadi juga warna hitam di sini bukan satu perkara yang menjadi matlamat (yakni hanya kebetulan sahaja)”. Berkata Ahmad Abdul Jawad ad-Dumi dalam mengulas hadis ini; “Hadis ini menunjukkan bahawa pemakaian serban adalah lebih utama berbanding pakaian yang lain”.



Berkata Imam Nawawi; “Memakai warna putih adalah lebih utama dan serban putih adalah lebih sesuai sebagai perhiasan para ulamak pada zaman ini”. Saranan Imam Nawawi ini menepati hadis Rasulullah s.a.w.;



عن سمرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: البسوا البياض فإنها أطهر وأطيب، وكفنوا فيها موتاكم
Dari Samurah bin Jundab r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda; “Pakailah pakaian berwarna putih kerana sesungguhnya ia lebih suci dan lebih baik dan kafankanlah dengannya jenazah-jenazah kamu”.
(Sunan at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad)



b) Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a. menceritakan;



وعن نافع عن ابن عمر قال: كان النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم إذا اعتم سدل عمامته بين كتفيه قال نافع: وكان ابن عمر يسدل عمامته بين كتفيه.


“Adalah Nabi s.a.w. apabila memakai serban, baginda melepaskan ekor serbannya di antara dua bahunya”. Berkata Nafi’; Ibnu Umar apabila memakai serban, beliau melepas ekor serbannya antara dua bahunya (yakni kerana mengikuti perbuatan Nabi s.a.w.).
(Riwayat Imam at-Tirmizi dengan sanad yang hasan)



Berkata Imam asy-Syaukani ketika mengulas hadis ini; “Hadis ini menunjukkan bahawa sunat memakai serban…..dan sunat pula menjuntaikan ekor serban di antara kedua bahu”.



Berdasarkan kenyataan beliau itu, maka kita dapat menyimpulkan bahawa pada pandangan Imam as-Syaukani, pemakaian serban adalah sunat.



c) Diriwayatkan oleh Jaafar bin Amru bin Harith dari bapanya yang menceritakan;

رأيت النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم على المنبر وعليه عمامة سوداء قد أرخى طرفها بين كتفيه
“Aku telah melihat Nabi s.a.w. di atas mimbar dengan memakai serban hitam di mana ia telah melepaskan ekornya di antara dua bahunya”.
(Riwayat Imam Muslim, at-Tirmizi, Abu Daud, an-Nasai dan Ibnu Majah)



d) Ibnu ‘Adiyy meriwayatkan dari Jabir r.a. yang menceritakan;

كان للنبي صلى اللَّه عليه وسلم عمامة سوداء يلبسها في العيدين ويرخيها خلفه
“Bahawa bagi Nabi s.a.w. serban hitam yang dipakainya pada hari raya dan baginda menjuntaikan ekornya ke belakangnya”. (Riwayat Ibnu ‘Adiyy)



Hadis-hadis di atas menunjukkan bahawa memakai serban menjadi kelaziman Nabi s.a.w. di mana baginda memakainya ketika membaca khutbah, pada hari raya, ketika peperangan termasuklah ketika pembukaan kota Mekah. Malah terdapat hadis menceritakan baginda tidak menanggalnya sekalipun ketika mengambil wudhuk.



Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. yang menceritakan;

رأيت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يتوضأ وعليه عمامةٌ قطريَّةٌ، فأدخل يده من تحت العمامة فمسح مقدَّم رأسه ولم ينقض العمامة.
“Aku telah melihat Rasulullah s.a.w. mengambil wudhuk dalam keadaan berserban di mana baginda memasukkan tangannya ke bawah serbannya lalu menyapu hadapan kepalanya. Baginda tidak menanggalkan serbannya”. (Riwayat Imam Abu Daud)



Nabi s.a.w. mengajar sahabat memakai serban


Selain hadis-hadis yang menceritakan tentang serban Nabi s.a.w., di sana terdapat juga hadis yang menceritakan tentang baginda memakaikan serban kepada sahabatnya atau mengajar mereka bagaimana cara yang sepatutnya berserban.



Imam at-Thabrani meriwayatkan di dalam al-Ausat (الأوسط) dari Abdullah bin Umar r.a. yang menceritakan;

أن النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم عمم عبد الرحمن بن عوف فأرسل من خلفه أربع أصابع أو نحوها ثم قال: هكذا فاعتم فإنه أعرب وأحسن
“Sesungguhnya Nabi s.a.w. memakaikan serban kepada Abdur-Rahman bin ‘Auf r.a, di mana baginda melepaskan ekor serban itu ke belakangnya sepanjang empat jari atau seumpamanya, kemudian baginda berkata; Beginilah memakai serban. Sesungguhnya ia lebih kemas dan lebih cantik”.


(Hadis ini menurut Imam as-Suyuti adalah hasan. Hadis ini menunjukkan bahawa berserban adalah sunat).



Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abdur-Rahman bin ‘Auf r.a. yang menceritakan;

عممني رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم
“Rasulullah s.a.w. telah memakaikan serban kepadaku…....”.



Imam at-Tabrani meriwayatkan dari Abdullah bin Yasir yang menceritakan;

بعث رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم علي ابن أبي طالب عليه السلام إلى خيبر فعممه بعمامة سوداء


“Rasulullah s.a.w. telah mengutuskan Saidina Ali bin Abi Thalib ke Khaibar, lalu baginda memakaikan serban kepadanya dengan serban berwarna hitam”. (Hadis ini menurut Imam as-Suyuti adalah hasan)



Hadis-hadis tentang fadhilat serban


a) Diriwayatkan dari Rukanah bin Abd Yazid al-Hasyimi r.a. yang menceritakan bahawa beliau mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda;

إنَّ فرقَ ما بينَنَا وبين المشركينَ العمائمُ على القلانِسِ


“Perbezaan antara kita dan orang-orang Musyrikin ialah memakai serban di atas kopiah”.
(Riwayat Imam at-Tirmizi, Abu Daud dan al-Baihaqi. Menurut Imam as-Suyuti dalam al-Jami’ as-Saghier (hadis no. 5849); hadis ini dhaif)



b) Dari Jabir r.a. bahawa Nabi s.a.w. bersabda;



ركعتان بعمامة خير من سبعين ركعة بلا عمامة
“Dua rakaat solat dengan berserban lebih baik dari 70 rakaat tanpa serban”. (Riwayat Imam ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus. Menurut Imam as-Suyuti; hadis ini adalah dhaif. Lihat; al-Jami’ as-Saghier, hadis no. 4468)



c) Dari Ibnu Umar r.a. menceritakan sabda Nabi s.a.w.;

صلاة تطوع أو فريضة بعمامة تعدل خمسا وعشرين درجة بلا عمامة، وجمعة بعمامة تعدل سبعين جمعة بلا عمامة


“Melakukan solat sunat atau fardhu dengan memakai serban adalah menyamai pahalanya dua puluh lima darjat tanpa serban. Solat Jumaat tanpa serban menyamai 70 Jumaat tanpa serban”.
(Riwayat Ibnu ‘Asakir dari Ibnu Umar r.a.. Menurut Imam as-Suyuti dalam al-Jami’ as-Saghier (hadis no. 5101); hadis ini adalah soheh. Namun ada ulamak berpandangan hadis ini lemah sebagaimana dijelaskan dalam Faidhul-Qadier oleh Imam al-Minawi)



d) Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahawa Nabi s.a.w. bersabda;

اعتموا تزدادوا حلما


“Berserbanlah kamu, nercaya akan bertambah sifat hilm (kesabaran) pada diri kamu”.
(Riwayat Imam at-Tabrani dan al-Hakim. Menurut al-Hakim; hadis ini adalah soheh. Begitu juga Imam as-Suyuti dalam al-Jami’ as-Saghier (hadis no. 1142) menyatakannya sebagai soheh. Namun ada juga ulamak yang menyatakannya sebagai dhaif seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Minawi dalam Faidhul-Qadier).



e) Dari Usamah bin ‘Umair r.a. menceritakan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda;

اعتموا تزدادوا حلما، والعمائم تيجان العرب
“Pakailah serban, nescaya akan bertambah sifat hilm (kesabaran) pada diri kamu. Serban itu adalah mahkota orang-orang Arab”. (Riwayat Ibnu al-‘Adiy dan al-Baihaqi. Menurut as-Suyuti; hadis ini dhaif. Lihat; al-Jami’ as-Saghier, hadis no. 1143).



Kedudukan darjat hadis-hadis tentang serban


Dengan meneliti hadis-hadis tentang serban sebagaimana yang dibentangkan tadi, kita akan mendapati bahawa hadis-hadis tersebut berada dalam dua kategori;



Pertama; hadis-hadis yang menceritakan dan menerangkan bahawa Nabi s.a.w. pernah berserban. Hadis-hadis dalam kategori ini bertaraf soheh kerana diriwayatkan oleh Imam Muslim di samping Imam-Imam yang lain seperti Abu Daud, at-Tirmizi, an-Nasai dan Ibnu Majah. (Sila perhati kembali tajuk “Hadis-hadis berkenaan serban Nabi s.a.w.” tadi).



Kedua; Hadis-hadis yang menyuruh berserban dan yang menyebutkan fadhilat memakainya. Hadis-hadis yang dalam kategori ini menurut penilaian muhaddithin adalah bertaraf dhaif.



Berdasarkan analisa di atas, maka kenyataan setengah pihak bahawa hadis-hadis tentang serban adalah dhaif belaka, kenyataan tersebut adalah tidak tepat dan tidak berhati-hati. Ia boleh mengelirukan orang awam kerana mereka akan menganggap semua hadis tentang serban adalah lemah dan tidak bernilai, walhal hadis-hadis tentang Nabi berserban adalah soheh. Yang dhaif hanyalah hadis-hadis yang berupa suruhan atau galakan berserban. Adapun hadis-hadis yang berupa pernyataan atau pemberitahuan bahawa Nabi berserban adalah soheh dan dapat dijadikan hujah.



Mungkin ada yang mempersoalkan; apa gunanya hadis yang hanya berupa pernyataan atau pemberitahuan itu bagi amalan berserban pada zaman hari ini? Jawapan kita ialah; Walaupun hadis soheh tentang serban hanya berbentuk memberitahu, bukan dalam bentuk menyuruh, akan tetapi berdasarkan kepada kedudukan Nabi sebagai uswah dan teladan yang paling baik, maka memakai serban dengan niat meniru baginda ada kebaikan dan pahalanya. Dalam pengertian yang lain dapat kita simpulkan bahawa; Sekalipun tiada suruhan secara Tasyri’ agar kita berserban, namun dengan niat ikhlas untuk mencontohi dan meneladani apa yang pernah dilakukan oleh Nabi s.a.w., para sahabat, tabiin dan ulamak serta diiringi pula oleh niat baik untuk menghias diri, maka insyaAllah kita akan dikurniakan pahala oleh Allah.



Tambahan pula, pemakaian serban itu diperkukuhkan pula oleh hadis-hadis yang menyebutkan fadhilatnya sekalipun bertaraf dhaif kerana jumhur ulamak berpandangan hadis dhaif harus di amalkan dalam fadhilat amalan dengan syarat-syarat berikut;



1. Ia tidak terlalu dhaif
2. Amalannya telah sabit dengan dalil yang sahih. Adapun hadis dhaif hanya bersifat sampingan yang mensabitkan fadhilatnya sahaja.
3. Hendaklah beramal dengan iktiqad bahawa ia tidak sabit dari Rasulullah s.a.w.. iaitu beramal atas dasar ihtiyat sahaja.



Berkata Imam an-Nawawi; “Para ulamak di kalangan muhaddithin dan fuqahak mengharuskan malah menyukai beramal dengan hadis dhaif dalam fadhilat-fadhilat, targhib (memberi dorongan) dan tarhib (memberi ancaman) selagi ia tidak maudhu’ (yakni bukan hadis palsu). Adapun dalam masalah hukum-hakam seperti halal dan haram, nikah-kahwin, talak dan sebagainya maka tidak amalkan melainkan dengan hadis soheh atau hasan….”.



Ulasan Syeikh Rasyid Redha


Syeikh Muhammad Rasyid Redha pernah ditanya adakah memakai serban itu sunnah Rasulullah dan adakah orang yang memakai serban itu mendapat pahala? Untuk menjawab soalan ini, beliau memberikan jawapan seperti berikut;



“Telah sabit dalam hadis bahawa Nabi s.a.w. terkadang;
1. Memakai serban di atas kopiah dan inilah yang sering berlaku.
2. Memakai serban tanpa kopiah
3. Memakai kopiah tanpa serban.


Walau bagaimana pun tidak warid perintah yang kuat supaya memakai serban atas dasar sebagai salah satu hukum agama dan Syari’at. Maka sesiapa berserban berdasarkan niat menyerupai dalam hal berpakain Nabi s.a.w. kerana sebagai salah satu tanda cinta kasih kepada baginda, tentulah niat seperti ini mendapat ganjaran pahala. Begitulah juga halnya dengan perkara-perkara lain dalam mencontohi kebiasaan-kebiasaan baginda s.a.w..



Ulasan Syeikh ‘Ali Nasif dalam at-Tajul-Jami’


Syeikh ‘Ali Nasif dalam kitabnya “At-Tajul-Jami’ Lil-Usul Fi Ahadith ar-Rasul” di bawah tajuk al-‘Imamah (Serban) membuat ulasan; “Terdapat segolongan orang Islam meninggalkan serban dengan hujjah bahawa ia hanyalah adat atau kebiasaan sama seperti makan, minum dan sebagainya dan bukan dari agama. Selalunya yang mendorong mereka berpandangan demikian adalah sikap suka meniru bangsa lain. Walhal jika kita meletakkan berserban itu sebagai adat sekalipun, ia merupakan semulia-mulia adat kerana ia adalah adat Nabi s.a.w. di mana baginda adalah semulia-mulia makhluk pada pandangan sekelian kaum muslimin. Pepatah Arab ada menyebutkan; “Adat orang-orang besar adalah setinggi-tinggi adat”. Namun apa yang sebenarnya ialah; berserban adalah tergolong dalam agama melihat kepada nas-nas. Ia adalah sunnah para Nabi dan Rasul. Memadai (untuk menunjukkan kemuliaannya kepada kita) dengan Malaikat Jibril sendiri berserban ketika turun berjumpa Nabi s.a.w.. Begitu juga, Nabi s.a.w. telah bersabda kepada Abdur-Rahman tatkala memakaikannya serban;

هكذا فاعتم فإنه أعرب وأحسن


“Beginilah memakai serban. Sesungguhnya ia lebih kemas dan lebih cantik”.



Hikmah serban ialah menjaga tubuh-badan di mana di negara panas ia memelihara dari sinaran matahari, adapun di negeri sejuk ia menjaga dari kesejukan…Selain itu, hikmah serban juga ialah untuk perhiasan dan keelokan (dalam berpakaian).



Pandangan dan sikap sahabat terhadap amalan kebiasaan Nabi s.a.w.


Dr. Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan di dalam bukunya al-Madkhal li-Dirasati as-Sunnah an-Nabawiyyah; Di kalangan sahabat terdapat mereka yang mengikuti Nabi s.a.w. dalam segala perbuatannya sekalipun tidak nampak pada perbuatan tersebut bentuk qurbah (tujuan mendekatkan diri kepada Allah), semata-mata kerana sempurnanya kasih-sayang mereka kepada baginda dan keinginan yang bersangatan untuk mengikuti baginda dalam setiap urusan hidupnya. Di antara mereka ialah Ibnu Umar r.a..



Imam Mujahid menceritakan; “Kami mengikuti Ibnu ‘Umar r.a. dalam satu perjalanan. Lalu apabila ia sampai di satu tempat, ia melencung darinya (yakni mengambil jalan ke arah kanan atau ke kiri). Lalu kami bertanya kepadanya; “Kenapa kamu melakukan demikian?”. Ia menjawab; “Aku telah melihat Rasulullah melakukan sedemikian, maka aku pun turut melakukannya”. (Riwayat Imam Ahmad dan al-Bazzar dengan sanad yang baik).



Zaid bin Aslam menceritakan; Aku telah melihat Ibnu Umar r.a. menunaikan sembahyang dalam keadaan terbuka kancing-kancing bajunya. Lalu aku bertanya beliau tentang perbuatannya itu. Maka ia menjawab; “Aku telah melihat Rasulullah telah melakukannya”. (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Sohehnya dan Imam al-Baihaqi dalam Sunannya)



Dalam riwayat yang lain; Ibnu Umar r.a. apabila ia melintasi sebuah pokok antara Mekah dan Madinah, ia akan berhenti dan berehat di bawahnya. Apabila ditanya kenapa? Ia menjawab; “Kerana dia melihat Rasulullah telah melakukannya”. (Riwayat Imam Ibnu al-Bazzar dengan sanad yang dapat diterima)



Selain Ibnu Umar, seorang sahabat yang lain yang mengambil sikap serupa ialah Mu’awiyah bin Qurrah. ‘Urwah bin Abdillah bin Qusyair menceritakan dari Mu’awiyah yang meriwayatkan dari bapanya yang menceritakan; “Aku Ia telah datang kepada Nabi s.a.w. dalam satu rombongan, lalu aku bersama kumpulan itu berbai’ah dengan Nabi s.a.w.. Sesungguhnya butang-butang baju Nabi s.a.w. (ketika itu) dalam keadaan terbuka (yakni tidak dikancingkan oleh baginda)”. Urwah menceritakan; “Aku tidak pernah melihat Mu’awiyah dan begitu juga anaknya sama ada di musim sejuk atau musim panas melainkan kancing-kancing baju mereka dalam keadaan terbuka (kerana meniru Nabi s.a.w.). (Riwayat Imam Ibnu Majah)



Serban menjadi pakaian ulamak silam dan hari ini


Ahli Sejarah Islam terkenal iaitu Ibnu ‘Asakir (meninggal tahun 571 Hijrah) meriwayatkan Tarikhnya dari Imam Malik yang berkata;

لا ينبغي أن تترك العمائم ولقد اعتممت وما في وجهي شعرة


“Tidak sepatutnya ditinggalkan/diabaikan amalan memakai serban. Sesungguhnya saya memakai serban sejak belum tumbuh rambut di wajah saya (yakni belum bermisai dan berjanggut)”.



Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Manaqib asy-Syafi’ie menyebutkan antara lainnya; Rabi’ bin Sulaiman pernah ditanya orang tentang cara berpakaian dan jenis pakaian Imam Syafi’ie. Rabi’ menerangkan; “Pakaiannya adalah sederhana, tidak memakai jenis pakaian yang mahal, ia hanya memakai kain yang diperbuat dari kapas dan tenunan Baghdadi, terkadang ia memakai kopiah dan tidak berlebih-lebihan dan ia lebih sering memakai serban….”.



Dari keterangan Rabi’ yang dinaqalkan oleh Imam al-Baihaqi itu jelas membuktikan bahawa Imam as-Syafi’ie adalah salah seorang ulamak mujtahid yang memakai serban.



Pada zaman Khalifah Abi Ja’far al-Mansur (tahun 135-158H/752-774M) , apabila beliau mengasaskan Baitul-Hikmah yang kemudiannya berfungsi sebagai pusat buku-buku, penterjemahan dan institusi ilmu di kota Baghdad, serban telah dijadikan satu pakaian istimewa khasnya di kalangan para penuntutnya dan para ulamak. Serban berwarna hitam telah dijadikan sebagai satu pakain rasmi yang mesti dipakai oleh para guru, pelajar dan graduan Baitul-Hikmah dengan tujuan untuk membezakan antara golongan terpelajar dengan orang-orang lain. Dan cadangan pakaian serban hitam ini bagi penuntut dan graduan Baitul-Hikmah serta bagi ulamak-ulamaknya terbit dari cadangan Imam Abu Yusuf sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Khidir ‘Athaullah setelah membuat kajian tentangnya. Katanya; “Pada zaman itu para ulamak dan guru-guru mempunyai pakaian khas. Maka Abu Yusuf adalah orang yang mula-mula sekali membuat perubahan terhadap pakain para ulamak. Dan ia telah mencadangkan bagi penuntut-penuntut golongan Baitul-Hikmah supaya memakai serban hitam dan jubah….Dan semenjak zaman itu, jadilah serban hitam dan jubah ini pakain yang lazim dipakai para guru dan ulamak fikih”.



Kemudian dengan jatuhnya kota Baghdad pada tahun 656H/1258M ke tangan Mongol, pengamalan memakai serban ini mengalami perubahan. Akibat kejam dan bengisnya bangsa Mongol terhadap penyokong-penyokong Abbasiyah dan para ulamak pada ketika itu, maka ramailah yang mula melepaskan serban dari kepala kerana takut menjadi perhatian penguasa baru yang bukan lagi berbangsa Arab dan belum lagi memeluk Islam.



Ibnu Batutah (703-779H) yang membuat pengembaraan ke pelbagai pelusuk dunia di abad ke 7 Hijrah, ketika mencatatkan semula apa yang dilihat dan disaksikannya dalam pengembaraannya tentang tradisi penduduk kota suci Mekah, menerangkan bahawa khatib pada hari Jumaat di Masjid Mekah memakai serban hitam. Katanya; “Di antara tradisi penduduk kota suci Mekah pada hari jumaat ialah merapatkan mimbar berhampiran ke Kaabah al-Musyarrafah di antara rukun Hajarul Aswad dengan rukun Iraqi dan khatib akan mengadap ke arah maqam Ibrahim. Kemudian apabila khatib muncul, ia keluar dengan memakai pakaian serba hitam; serban hitam dan jubah hitam”.



Apa yang dicatatkan oleh Ibnu Batutah itu berdasarkan apa yang dilihatnya sendiri di kota suci Mekah memberi makna bahawa pakaian serban hitam merupakan pakaian rasmi khatib di Masjidil Haram pada abad yang ke-8 Hijrah.



Di Mesir, serban masih kekal hingga ke hari ini menjadi lambang para ulamak dan penuntut lepasan al-Azhar. Para ulamak al-Azhar majoritinya adalah berjubah dan berserban. Syeikhul al-Azhar dan juga Mufti Mesir hingga ke hari masih mengekalkan identiti berserban dan berjubah sebagai pakaian rasmi mereka. Begitu juga, khatib-khatib di serata Masjid di seluruh pelusuk Mesir, mereka berjubah dan berserban khususnya pada hari jumaat.



Al-Marhum Syeikh Muhammad al-Ghazali –salah seorang ulamak al-Azhar yang terkenal-, pernah suatu ketika beliau melawat ke satu negeri di Eropah. Semasa dalam keretapi, ada seorang menegur beliau; ‘Tidak bolehkah engkau menanggalkan serban dan jubah engkau dan engkau memakai kot … sepertimana orang di sini biasa memakainya”. Beliau menjawab; “Apa salahnya aku memakai pakaian yang biasa dipakai oleh ulama’-ulama’ al-Azhar. Jika seorang anggota tentera, anggota polis dan sebagainya berbangga dengan uniform tentera dan polisnya, maka aku juga berbangga dengan uniform al-Azharku (yakni berserban dan berjubah)”.



Kesimpulan akhir


1. Serban sekalipun merupakan pakaian tradisi orang Arab, namun kaitannya dengan peribadi Nabi s.a.w. meletakkannya sebagai pakaian yang mempunyai nilai dan kehormatan tersendiri di mata kaum muslimin termasuk para sahabat. Sekalipun kita berpegang bahawa pemakaian serban adalah harus, namun kedudukannya sebagai pakaian Nabi meletakkannya lebih baik dari topi, songkok hitam, dan sebagainya yang ditiru dari pakain orang Barat, dari India atau dari bangsa lainnya.



2. Di kalangan ulamak ada yang berpandangan secara jelas bahawa pemakaian serban adalah sunat. Antara mereka Imam as-Syaukani sebagaimana pandangan beliau dalam Nailul-Autar. Sekalipun majoriti ulamak berpandangan ianya harus sahaja, namun mereka menjelaskan bahawa sesiapa berserban dengan niat meniru Nabi s.a.w. dalam cara berpakain baginda atau untuk melahirkan tanda cinta kasih kepada baginda, maka ia akan mendapat ganjaran pahala dari Allah.



3. Tidak ada pandangan dari ulamak bahawa orang yang memakai serban adalah haram dan berdosa. Oleh demikian, orang berserban – dari segi pandangan Syarak- berhak mempertahankan kebebasannya berserban kerana ia diharuskan oleh agama. Malah orang yang mengharamkan apa yang diharuskan Syarak tanpa ada suatu kemudaratan yang menimpa diri atau orang lain, maka ia terdedah dengan ancaman Allah;



“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Siapakah Yang (berani) mengharamkan perhiasan Allah Yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya, dan demikian juga benda-benda Yang baik lagi halal dari rezeki Yang dikurniakanNya?" katakanlah: "Semuanya itu ialah (nikmat-nikmat) untuk orang-orang Yang beriman (dan juga Yang tidak beriman) Dalam kehidupan dunia; (nikmat-nikmat itu pula) hanya tertentu (bagi orang-orang Yang beriman sahaja) pada hari kiamat". Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu bagi orang-orang Yang (mahu) mengetahui”. (al-A’raf: 32)



Wallahu a’lam.

Dipetik dari penulisan :
Ustaz Ahmad Adnan Fadzil
(Koleksi Al-Qalam)

Popular Posts